Monday, January 3, 2011

Mitos yang Salah Tentang Vegetarian


(Oleh Prasasto Satwiko)
Banyak sekali logika semu dan mitos di sekitar kita yang dibangun turun temurun dengan atau tanpa bantuan pendekonstruksi pikiran seperti telah kita bahas. Logika semu dan mitos tersebut antara lain:
· Jika orang tidak makan daging maka industri daging akan hancur dan ekonomi akan bermasalah. Fakta: hukum ekonomi sederhana adalah tentang supply dan demand. Memang sistem perekonomian tidak dapat diubah seketika, namun jika tidak ada peminat, maka penyedia daging akan menyesuaikan dengan komoditas yang diperlukan. Beralih profesi adalah hal yang biasa. Kita melarang ganja yang berbahaya dan yakin bahwa petani ganja dapat beralih profesi. Kita dapat melarang rokok, karena petani tembakau tentu dapat mencari alternatif lain. Kita dapat berhenti makan daging (menyumbang lebih banyak kasus penyakit daripada rokok) karena yakin peternak dapat mencari profesi lain, atau dibantu mencari profesi lain. Bertahun-tahun kita tahu bahwa nelayan hidup pas-pasan karena hasil mencari ikan di laut tidaklah sebanding dengan risiko serta energi yang dikeluarkan. Mengapa kita tidak membantu mencarikan alternatif profesi? 
· Beralih dari menu berbasis daging ke nabati tidaklah ‘realistis’. Fakta: ada perbedaan antara ‘realistis’ dan ‘lumrah’. Justru makan daging yang boros energi dan merusak lingkungan di saat ini amatlah tidak ‘realistis’. Memang beralih ke makanan nabati belum ‘lumrah’ karena kebiasaan tersebut telah kita lalui ribuan tahun. Adalah tanggung jawab kita saat ini yang dapat berpikir maju, untuk memperbaiki kebiasaan salah tersebut demi generasi selanjutnya.  
· Jika tidak ada pemakan daging, maka bumi akan dikuasai oleh sapi, ayam dan babi. Fakta: ini sebenarnya lebih bersifat logika bercanda, karena kita tahu yang kita makan adalah hewan yang kita ternakkan, kita paksa lahir, dan kita paksa mati. Bumi tidak dikuasai kecoa walau manusia tidak makan kecoa.
· Jika tidak makan daging, tubuh akan lemas. Fakta: tubuh membiasakan diri terhadap makanan. Dalam satu dua hari mungkin akan terasa lemas karena tubuh mengharapkan daging, namun dalam tiga empat hari berikutnya tidak akan lagi bermasalah. Mirip perokok yang tiba-tiba berhenti merokok, mungkin akan merasakan perasaan aneh. Tubuh lemas atau tidak adalah bersifat individual, tidak semua lemas, banyak juga yang biasa-biasa saja, bahkan banyak di antaranya yang sengaja mengamati perubahan yang dirasakan. Energi dari sumber makanan nabati cukup.
· Jika tidak makan daging, tubuh akan kekurangan gizi. Fakta: ahli nutrisi menyatakan menu nabati cukup gizi. Jika ada kekurangan, seperti vitamin B12 misalnya, dengan mudah diatasi.  Kekurangan yang ada pada makanan berbasis nabati hanya bersifat minor (mudah diatasi) dibandingkan dengan keuntungan yang besar.
Perbandingan kandungan antara 100 gram tempe dan daging. Protein dalam tempe sebanding dengan protein dalam daging ternak. (Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan, RI, 1992 seperti dikutip oleh Susianto, Ahli Gizi, pada presentasi “Vegetarian Gaya Hidup Sehat Alami – Back to Nature”)
· Jika tidak makan daging, anak laki-laki tidak akan jantan dan kuat seperti singa. Fakta: ini pun logika yang lebih bersifat guyonan dan dapat dijawab dengan guyonan juga karena sebenarnya tubuh hewan tidaklah sama dengan tubuh manusia. Misalnya tokh dianggap sama, maka kita dapat mengingat kembali bahwa gajah lebih kuat daripada singa, kelinci lebih ‘nakal’ (beranak sering dan menjadi simbol playboy) daripada singa, kijang berlari lebih cepat daripada singa. Jika marah, maka kuda nil dapat meremukkan tulang manusia lebih cepat daripada singa. Dan jangan lupa, singa suka tidur setelah makan, sedang kuda akan terus menarik pedati.
· Jika tidak makan daging, baiklah kita makan ikan. Fakta: sejak 1900, kita telah menguras ikan di laut dari Kutub Utara hingga Kutub Selatan dengan angka fantastis, banyak spesies berpotensi berkurang hingga 90%.  Industri perikanan telah benar-benar menghancurkan satwa laut dan menyebabkan kesia-siaan, karena banyak dari hasil tangkapan ternyata terbuang. Jangan lupa pula bahwa laut menjadi buangan akhir dari limbah manusia, penuh polutan. Polutan yang terakumulasi di daging ikan dapat mencapai 9 juta kali dari kadar polutan di air tempatnya hidup, dan menurut Centers for Disease Control and Prevention, 325.000 orang sakit dan meninggal setiap tahun karena mengonsumsi ikan dan hewan laut lainnya yang telah terkontaminasi.
· Menu nabati dapat membuat orang-orang bodoh. Fakta: ini mitos bercanda karena kenyataan menunjukkan para pemikir banyak menganut menu nabati seperti Phytagoras (terkenal dengan diet nabati phytagorean), Socrates, Plato, Isaac Newton, Leonardo da Vinci, Albert Einstein, Charles Darwin dan masih banyak lagi. Para cerdik pandai sudah lama tahu bahwa makan daging tidaklah alami.
· Makan daging adalah pilihan asasi yang tidak akan dapat dinilai benar/salah. Fakta: ‘pilihan’ akan menjadi pilihan ketika tidak ada konsekuensi negatif bagi diri sendiri atau orang lain. Merokok, misalnya, adalah ‘pilihan salah’ karena rokok terbukti mengandung racun yang merusak diri sendiri dan mengganggu orang di sekitar perokok. Pelarangan merokok di tempat umum telah diatur dalam undang-undang. Konsumsi daging menimbulkan industri daging yang sangat merusak lingkungan yang tidak hanya akan ditanggung oleh para pemakan daging namun juga mereka yang tidak makan daging. Mereka yang disebut belakangan ini berhak untuk memperoleh jaminan akan lingkungan yang baik. MEAT! Now, it’s not personal! But like it or not, meat eating is becoming a problem for everyone on the planet.
· Makan daging tak berlemak itu sehat. Fakta: daging memiliki prekursor asam, salah satu pembeda protein hewani dan nabati. Sumber hewani dapat meningkatkan pembuangan (ekskresi) kalsium dalam urin. Sumber hewani baik tak berlemak maupun berlemak bukan sumber makanan yang dibutuhkan tubuh.(Deborah E Sellmeyer, Katie L Stone, Anthony Sebastian, and Steven R Cumming, “A High Ratio of Dietary Animal to Vegetable Protein Increases the Rate of Bone Loss and The Risk of Fracture in Postmenopausal Women”, Am J Clin Nutr 2001 73: 118-122) 
· Hubungan konsumsi daging dengan krisis energi, kerusakan alam, dan pemanasan global adalah akal-akalan aliran vegetarian. Fakta: mungkin memang benar bahwa kaum vegetarian bersemangat memakai isu hubungan antara makan daging (peternakan) dengan krisis energi, kerusakan lingkungan dan global warming. Namun, koneksi itu didukung oleh hasil-hasil penelitian organisasi-organisasi prestitisius seperti NASA dan FAO yang sama sekali tidak ada urusan dengan vegetarian.
· Daging lebih sedikit mengandung pestisida dibandingkan dengan sayuran, jadi lebih aman. Fakta: daging justru mengandung lebih banyak racun daripada sayuran. Menurut Harvey Diamond, kandungan pestisida pada makanan hewani adalah 9 kali lebih tinggi dibanding dalam sayur dan buah.
Tidak seperti anggapan umum, ternyata daging mengandung lebih banyak residu pestisida dibanding sayuran. (P E Cornellussen, “Pesticide Residues in Total Diet”, Pesticides Monitoring Journal, 2:140-152, 1969 dalam John Robbins, (a), h.317)
· Kalau tidak ada kotoran ternak, pupuk organik tidak dapat dibuat. Fakta: pupuk organik dapat dibuat dari limbah dapur dan dedaunan. Untuk sawah, misalnya, pola tanam pad -padi - palawija sangat baik karena menjaga tanah cukup zat hara.
· Kalau industri peternakan merusak, maka kita dapat makan daging hewan yang berkeliaran di halaman. Fakta: jelas jumlah hewan yang berkembang biak alami, seperti ayam kampung yang kita biarkan berbiak alami di pekarangan kita, tidak akan mencukupi sehingga, lagi-lagi, akan mendorong industri peternakan.
· Berhenti makan daging dan menjadi pemakan tumbuhan tidak membebaskan manusia dari membunuh, karena tumbuhan juga kehidupan. Fakta: sejak awal evolusinya manusia menjadi bagian dalam sistem kehidupan bumi dan tanamanlah yang menjadi sumber makanan alami mereka. Struktur tubuh manusia disiapkan sebagai pemakan tumbuhan. Ketika manusia beralih ke menu daging (bukan menu alami mereka) maka mulailah penyakit kanker dan kardio-vaskular menghebat.
· Perikanan darat paling cocok dan aman untuk memenuhi kebutuhan gizi manusia. Fakta: perikanan darat memberi dampak negatif kepada lingkungan seperti perebutan dan pencemaran air, gangguan biodiversitas, bahkan masalah tanah. Dampak tersebut tidak akan terlihat bila kita tidak melihat secara sistem.
 

 
 

No comments:

Post a Comment