Monday, October 25, 2010

Taman Suka Cita Vegetarian

Taman Suka Cita Vegetarian   Leave a comment

Hampir 30 tahun yang lalu, 22 Juni 1974, San Fransisco Chronicle melaporkan kisah Candelaria Villaanueva yang diselamatkan oleh seekor kura-kura raksasa. Berlayar dengan kapal Aloha dari Filipina yang tenggelam di kawasan provinsi Zamboanga Del Nortel pada tanggal 2 Juni. Wanita berusia 52 tahun ini sudah terapung-apung selama 48 jam di laut ketika bertemu dengan kapal angkatan laut, sedang duduk di atas punggung kura-kura laksasa. Letnan Cesario Mana yang berada di atas kapal menyatakan, ” Saya tidak percaya jika hanya mendengarnya. Tetapi saya menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri, bersama-sama dengan rekan-rekan dikapal”. Setelah diangkat ke atas kapal, kura-kura tersebut berenang mengelilingi kapal dua kali sebelum menghilang ke dalam laut. Seorang kru kapal mengatakan seakan-akan kura-kura itu ingin memastikan wanita yang ditolongnya itu benar-benar berada di tangan yang aman. Kisah nyata yang seharusnya mengugah kita untuk berpikir kembali. Ketika kita berbicara tentang binatang, siapakah mereka dalam benak kita? Ada empat jalur kelahiran dan enam jalur penjelmaan. Roh bisa lahir dari jalur kelahiran manusia atau bukan tergantung kepada perbuatan karmanya. Dapat lahir sebagai manusia karena ada cukup karma baik dan merupakan berkah . Lahir di alam binatang dianggap sebagai kemalangan dan memiliki badan binatang adalah satu kesedihan tersendiri.

Jadi ternyata makhluk yang lahir ke dunia dalam wujud binatang, tidak selalu berarti didorong oleh akumulasi karma buruk. Roh yang sadar bisa memilih bagaimana dan berwujud sebagai apa dia datang. Tujuannya adalah dapat melaksanakan misi kelahirannya tersebut secara efektif. Saya pribadi akan mengatakan badan binatang pun bisa menjadi instrumen bagi seorang Buddha untuk mengugah manusia menampakkan cinta kasihanya. Barangkali juga, dengan kearifan saya yang sangat terbatas, saya berpendapat ada roh yang mencapai pembinaan tinggi dan telah bervegetarian selama berkali-kali kehidupan, tetapi katakanlah sepuluh kelahiran sebelumnya secara tak sengaja dia memakan daging, dan cara yang paling efektif untuk menuntaskan karma tersebut adalah lahir sebagai binatang. Maka lahirlah dia sebagai binatang. Setelah karmanya selesai, hidupnya sebagai binatang berakhir, maka dia pun mencapai alam dewa. Jadi binatang tidak selalu berarti makhluk celaka. Semut sebenarnya banyak sekali membantu manusia. Mereka adalah makhluk pengurai, berarti mereka melakukan pelayanan di bidang ” cleaning service ” di alam. Sebuah tugas yang sebenarnya teramat sangat berat dan menyita fisik tetapi semut-semut tetap menjalankannya dengan setia. Masyarakat semut pun dapat mengajarkan kita banyak hal. Tentang kerja sama, sifat tidak egois, saling memperhatikan. Meski ada juga semut yang bersifat merusak. Namun jika kita dalam kapasitas sebagai seorang vegetarian 24 jam sehari, melihat dan bertanya kepada hati nurani, siapakah sahabat, maka semoga Anda pun menemukan seperti yang saya selami bahwa persahabatan tidak dibangun dari seberapa jauh seseorang makhluk itu menguntungkan saya dan seberapa sedikit dia merugikan saya. Dengan demikian, mereka mungkin tidak bersahabat tetapi itu tidak menjadi alasan bagi saya untuk mengembangkan persahabatan cinta kasih dengan mereka.

Demikian sebuah contoh. Tentu masih banyak dalam kehidupan kita bertemu dengan binatang, terutama serangga, yang kita anggap menjengkelkan seperti nyamuk, rayap, kecoa, tikus, kucing liar, dan lain-lain. Jika setiap binatang yang tidak kita sukai lenyap dari muka bumi, maka apakah lantas manusia akan bahagia. Ini adalah pertanyaan serius. Apakah kita akan bahagia? Tak ada makhluk yang tak dibutuhkan oleh alam. Sebenarnya tidak tepat menyatakannya demikian. Setiap aksistensi, entitas, sesungguhnya tidak terpisah dari keberadaan alam. Setiap yang ada adalah berada di dalam alam. Alam adalah tubuh raksasa. Kita mengenalnya dengan kata makrokosmos. Tubuh kita tidak lengkap tanpa telapak tangan atau jari, meski hanya tak ada satu jari. Tubuh juga tidak lengkap tanpa dua ginjal atau sepasang mata. Tubuh kita ada air dan darah. Bahkan persentasenya air yang  ada di alam dan tubuh manusia, kurang lebih sama banyak. Begitulah alam. Semua makhluk di dalamnya bisa dilihat sebagai satu entitas hidup. Setiap makhluk adalah komponen penyusun yang menbangun satu yang besar dan tak ada penyusun yang lebih penting dari yang lainnya.

Dengan kata lain, sebenarnya dari perspektif semesta, ternyata keberadaan manusia di bumi sama pentingnya dengan keberadaan makhluk lainnya. Manusia sesungguhnya bukan pusat, bukan sang sentral, tapi adalah bagian dari satu sistem yang besar hidup. Jadi bagaimana supaya kita dapat mewujudkan taman sukacita vegetarian di alam semesta ini? Saya tunggu Jawabannya ada di hati dan benak pikiran Anda. :-)

No comments:

Post a Comment