Monday, January 3, 2011

Lembu yang Memohon Ampun

Sumber : Cerita Klasik Makna Sebutir Nasi

Dikisahkan pada dinasti Beng Tiaw, di antara lereng-lereng gunung hiduplah sebuah keluarga petani. Petani ini memiliki seekor lembu yang dibelinya berpuluh tahun yang silam ketika lembu itu masih kecil. Selama puluhan tahun lembu itu mengabdikan hidupnya demi penghidupan tuannya sekeluarga. Tapi kini lembu itu telah tua dan tubuhnya pun sudah lemah. Pada suatu hari ketika sedang makan, petani itu mengutarakan niatnya untuk memotong lembu yang sudah lemah tak berdaya itu, dan akan membeli seekor lembu lagi yang masih mudah dan bertenaga. Niat ini disambut oleh anak-anaknya dengan sorak gembira. “Horeee… horeee… kita akan mencicipi daging lembu yang lezat….,” teriak mereka. Petani itu hanya tersenyum melihat tingkah anak-anaknya. “Sebagian daging dan kulitnya kita jual untuk menambah uang membeli seekor lembu yang masih muda,” ujar petani itu kepada isterinya. Isterinya pun mengangguk kagum atas kepintaran suaminya untuk tetap mendapatkan keuntungan. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali petani itu dengan membawa seutas tali yang panjang bersama tukang jagal yang membawa sebilah golok berkilauan menghampiri kandang lembu itu. Kelihatannya lembu itu mulai berfirasat buruk. Ia berjalan kesana-kemari mengelilingi kandangnya dengan hati gelisah tak menentu. Tatkala tuannya mengikat tali ke lehernya, ia mengeluh dengan nafas tertekan sedih. Saat tuannya hendak menarik ia keluar, ia langsung berlutut sambil mencucurkan air mata seolah-olah ia tak dapat mengutarakan kesedihan hatinya yang amat mendalam. Tapi dapatkah tuannya mengerti akan perasaannya itu? Tidak! Malah petani itu menjadi naik darah, dia dan tukang jagal tersebut menyeret tubuh itu hingga lututnya berdarah. Namun ia tetapi bertahan dengan cucuran air mata yang tiada henti-hentinya jatuh membasahi mukanya. Lalu tukang jagal tadi mencambuk kulit lembu itu hingga lecet penuh darah. Akhirnya lembu itu berdiri karena tak dapat menahan sakit lagi. Ia menengok ke belakang sewaktu akan meninggalkan kandang yang sudah sejak kecil ia diami. Pedih menyayat hati karena harus berpisah pada waktu hidup, dan kali ini ia pergi tak akan kembali lagi!!!! Bertahun-tahun lembu itu bekerja keras penuh penderitaan untuk tuannya, mengapa harus berakhir demikian? Leher terputus disertai air mata yang meleleh jatuh membasahi permukaan bumi. Kalau memang nyawa lembu itu tidak perlu disayangi, namun budi jasanya selama ini terhadap tuannya apakah harus dilupakan begitu saja? Untuk itulah kita semua dianjurkan bervegetarian guna menghilangkan sifat egois kita dan mendengar penderitaan makhluk lainnya, serta melenyapkan kilesa sehingga dapat mengembalikannya ke Watak Semula (Hati Nurani) yang penuh metta dan karuna. Walaupun makhluk itu berbeda wujud, jasmani, ras dan tempat tinggal, namun rohaninya tetap sama. Semuanya merupakan putra-putri Tuhan Yang Maha Esa.

No comments:

Post a Comment