Monday, January 3, 2011

Pertanyaan Paling Sering Ditanyakan

? ??
Bila Anda mengatakan bahwa daging merugikan kesehatan, bukankah tumbuhan juga disemprot dengan pestisida?
Sebaliknya justru pestisida merupakan ancaman serius bagi konsumen daging, Daging mengandung residu pestisida yang jumlahnya lebih tinggi daripada pestisida yang ditemui pada sayuran dan tidak bisa dibersihkan atau dihilangkan melalui proses pencucian seperti layaknya pada sayuran. Hal tersebut terjadi karena pestisida telah menyatu dengan jaringan lemak hewan-hewan yang memakan tumbuhan yang disemprot pestisida tersebut. Inspeksi yang dilakukan GAO (General Accounting Office) AS menemukan 143 jenis obat dan pestisida dalam daging. 42 di antaranya merupakan senyawa pemicu kanker, 20 jenis dapat mengakibatkan kecacatan bayi dalam kandungan, dan 6 jenis penyebab mutasi. 
“Orang-orang yang menghadiri seminar saya sering memborbardir pertanyaan seperti bagaimana mengatasi masalah pestisida dalam sayur dan buah. Mereka tidak pernah mengangkat masalah pestisida dalam daging sapi, ayam, ikan, telur, dan produk-produk susu. Padahal makanan hewani mengandung pestisida sembilan kali lebih tinggi dan tak seorang pun menyadarinya.” —Harvey Diamond 
Bukankah kita membutuhkan protein?
Masalah kita yang sebenarnya sekarang ini adalah terlalu banyak protein, bukan kekurangan protein. Hampir semua makanan yang Anda makan mengandung protein, kecuali Anda hanya memakan junk food setiap harinya. Masih banyak sumber-sumber protein yang lebih sehat, misalnya tahu, tempe, roti gandum, oatmeal, kacang-kacangan, jamur, brokoli dan lain-lain. Sebaliknya terlalu banyak protein, khususnya protein hewani dapat menyebabkan timbulnya kebocoran kalsium melalui air seni yang akan meningkatkan risiko osteoporosis. Selain itu terlalu banyak protein juga dapat memperberat kerja ginjal, yang akhirnya menyebabkan penyakit ginjal. 
Bukankah manusia bisa saja tetap makan daging dan tetap sehat?
Sistem pencernaan manusia sangat fleksibel dan memiliki kemampuan adaptasi yang baik. Tentu saja manusia bisa mengonsumsi sedikit daging dan tetap sehat. Tetapi bukankah tanpa daging sama sekali justru manusia bisa hidup dengan kesehatan prima? Sangat tidak pantas rasanya hanya untuk memuaskan sepotong lidah tetapi kita ikut andil dalam pengusakan planet ini serta menyebabkan kesakitan dan kematian atas jutaan hewan setiap tahunnya. 
Apa yang akan terjadi pada hewan ternak seperti ayam dan sapi jika semua orang bervegetarian? Bukankah mereka terus berkembang biak? Bukankah dunia ini akan penuh hewan ternak jadinya?
Sangat tidak mungkin apabila seluruh umat manusia dapat berhenti memakan hewan hanya dalam semalam. Penambahan jumlah vegetarian dengan sendirinya akan menurunkan permintaan daging di pasaran. Sejalan dengan hal itu, jumlah hewan yang diternak pun akan menurun secara bertahap. Dengan demikian, para peternak akan mulai berhenti mengembangbiakkan ternaknya dan beralih kepada aktivitas pertanian ataupun perdagangan lainnya. Lagipula cepatnya perkembangbiakkan hewan ternak tidak lepas dari penggunaan bahan-bahan kimia dan obat-obatan. Tanpa penggunaan obat-obatan tersebut, pertumbuhan hewan ternak tidaklah secepat itu. 
Katanya orang vegetarian lebih pendek dan kurus dari pemakan daging, benarkah hal ini?
Pertumbuhan tinggi dan kuatnya seseorang tidak dipengaruhi vegetarian atau tidak. Jika pola makan mereka seimbang, vegetarian ataupun tidak dapat tetap tumbuh dengan tinggi dan kuat. Anda dapat melihat bahwa hewan-hewan besar seperti gajah, jerapa, sapi, dan lain-lain hanya makan sayur-sayuran dan buah-buahan. Mereka lebih kuat dari karnivora, sangat jinak, dan bermanfaat bagi manusia. Sebaliknya hewan pemakan daging sangat buas dan tidak berguna. Bangsa Eskimo selalu makan daging, apakah mereka lebih tinggi dan kuat? Tentu tidak! Bahkan penelitian menunjukkan bahwa umur rata-rata orang Eskimo pendek. 
Hewan toh juga membunuh untuk makan. Apa salahnya bila kita juga membunuh ayam atau sapi untuk dimakan?
Hewan yang membunuh hewan lainnya tidaklah mempunyai pilihan lain. Mereka harus membunuh makanannya untuk bertahan hidup. Tetapi manusia berbeda. Manusia bisa memilih membunuh sapi untuk dimakan dagingnya atau memilih makan nasi, tempe, sayur,dan buah-buahan. Lagipula mengapa kita harus mengacu pada hewan dalam hal ini, bukankah kita menganggap hewan karnivora seperti singa, harimau, dan buaya sebagai hewan bengis karena membunuh. Mengapa pula kita meniru sifat-sifat buas tersebut? Bukankah kita manusia lebih “berakal budi” dan lebih tinggi derajatnya dari hewan?  
Bukankah tumbuhan juga bisa merasa sakit, dan Anda telah menyiksanya dengan memakan mereka?
Tidak ada alasan untuk percaya bahwa makhluk hidup yang tidak memiliki sistem saraf bisa merasa sakit. Berbagai penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa tumbuhan tidak memiliki sistem saraf. Berbeda dengan manusia dan hewan yang memiliki sistem saraf yang serupa, bahkan ikan sekalipun. Hal tersebut dapat terlihat dengan jelas ketika seekor sapi dan seorang manusia yang kesakitan jika tersayat pisau. Bila Anda cukup jujur terhadap hati nurani Anda, Anda dapat langsung membandingkan bagaimana perasaan Anda saat melihat seekor sapi yang meronta-ronta dan menangis dalam proses penjagalannya dibandingkan dengan melihat sepotong wortel yang sedang dicincang. Tetapi ketiadaan saraf pada tumbuhan juga bukanlah alasan bagi kita untuk mengeksploitasi dan memperlakukan tumbuhan sesuka kita. Sudah menjadi kewajiban kita pula untuk menjaga keseimbangan alam ini dengan baik, bukan mengeksploitasinya untuk keuntungan kita sendiri. 
Bukankah para peternak memberikan kandang yang melindungi ternaknya dari cuaca yang buruk dan predator? Bahkan diberi makan dan minum. Apakah kondisi demikian tidak lebih baik dari kehidupan di alam liar?
Di masa lalu pedagang budak berargumen bahwa orang yang mereka perbudak lebih baik menjadi budak di masyarakat yang beragama dan berbudaya daripada memiliki kemerdekaan di hutan belantara yang kurang berbudaya. Apakah Anda menyetujui hal itu? Peternak mengatakan hewannya lebih menyukai makan tiga kali sehari daripada hidup di alam liar. Padahal istilah “liar” merupakah proyeksi manusia atas daerah yang asing baginya. Liar menurut manusia tidaklah berarti liar bagi hewan di sana. Justru itulah rumah mereka. Tidak logis bila kita berargumen manusia melindungi ternaknya dari predator. Justru kitalah predatornya! Bahkan manusia lebih buruk daripada predator di alam karena dengan segala “akal budinya” manusia dapat menciptakan sistem pengembangbiakan yang bahkan jauh lebih menyiksa hewan-hewan tersebut dalam waktu yang lama sampai akhirnya mereka dibunuh.  
Tetapi tetap saja manusia tak bisa menghindari kenyataan dia melakukan pembunuhan secara sengaja. Bukankah petani membunuh hama dengan sengaja untuk melindungi hasil taninya. Lalu apa bedanya membunuh sapi untuk dimakan dengan membunuh hama untuk melindungi tanaman yang akan kita makan?
Katakanlah semua metode “tanpa kekerasan” untuk menghadapi hama sudah tidak efektif. Tidak ada lagi cara untuk menghalau mereka tanpa mencelakakan mereka. Tetapi tetap saja ada perbedaan jelas antara melindungi diri dan perbuatan yang secara sengaja menyebabkan kelahiran makhluk hidup (misalnya sapi) dan kemudian dibunuh untuk memuaskan nafsu lidah serta kebiasaan makan daging. Katakanlah sekarang saya membunuh bakteri di dalam mulut saya untuk melindungi gigi saya dari kerusakan, apakah menurut Anda perbuatan ini sama dengan membunuh seekor sapi? Seorang manusia waras tidak akan menyamakan perbuatan ini dengan pembunuhan di rumah jagal serta kekejaman industri ternak. Hewan dikebiri tanpa pembiusan, paruh dan cakar dipotong dengan mesin supaya mereka tidak saling mematuk, anak-anak ayam jantan dibunuh dengan disegel dalam kantong plastik dan dibiarkan mati lemas. Sapi-sapi muda dibiarkan kelaparan supaya dagingnya empuk, dan lain sebagainya.  
Saya tidak membunuh hewan yang dagingnya saya makan.
Anda memang tidak membunuhnya, tapi mungkin Anda tidak sadar bahwa Anda menyewa penjagal untuk membunuh mereka. Penjagal berjualan daging karena adanya permintaan terhadap daging. Ketika membeli daging, itu sudah berarti pembunuhan dilakukan atas permintaan dan dibiayai dengan uang Anda. 
Bukankah kita adalah makhluk omnivora yang makan tumbuhan dan juga hewan?
Omnivora adalah predikat yang diberikan setelah melihat pola hidup manusia yang umumnya juga memakan hewan disamping tumbuhan. Tetapi pada dasarnya sudah banyak penelitian-penelitian yang membuktikan bahwa struktur organ pencernaan manusia mulai dari mulut sampai ke usus lebih cocok untuk menjadi pemakan tumbuh-tumbuhan.

 

 
 

No comments:

Post a Comment